Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Bung Karno: Inggit, Tehnya Pahit.

  • Sabtu, 21 April 2012
  • ygw-gila
  • Bung Karno: Inggit, Tehnya Pahit.
    Soekarno muda baru saja menyelesaikan kuliahnya. Gelar insinyur kini telah diraihnya. Ini artinya, ia tidak lagi menerima bantuan keuangan dari orangtuanya. Dan sekarang ia sedang bingung. Diteguknya teh suguhan Inggit. Segelas teh pahit. Toples gula di dapur sudah kosong. Dapurnya sedang kering kerontang. Istrinya, Inggit hanya mampu menyuguhkan teh encer tanpa gula buat tamu-tamu yang datang.


    Sebetulnya Bung Karno sudah mendapat tawaran untuk kedudukan menarik di Departemen Pekerjaan Umum. Tapi sudah saatnya para pemuda menolak bekerja sama dengan pemerintah. Begitu pikir Bung Karno. Menurutnya, bekerja sama dengan pemerintah bisa memasung kebebasan berpikir dan bertindak.
    Walau begitu, toh Bung Karno tetap butuh uang, untuk membuat dapurnya kembali berasap. Dan untuk mendapatkan uang, tentu saja ia harus bekerja. Untunglah ada lowongan di sekolah Yayasan Ksatriaan, yang dipimpin oleh Ernest Douwes Dekker, masih kerabat Multatuli, seorang tokoh kebangkitan nasional berdarah Indo. Douwes Dekker atau Setia Budi, juga dikenal sebagai tokoh “tiga serangkai” bersama Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara. Sebagai catatan, sekolah Ksatriaan ini sekarang dikenal dengan nama SMP Negeri 1 Bandung. Jurnalis kawakan dan pejuang BM Diah pernah bersekolah di sekolah ini.
    Douwes Dekker bertanya pada Bung Karno, “Anda bisa mengajar, kan?”. Bung Karno dengan agak tersinggung, tentu saja mengiyakan. Namun dasar Bung Karno. Kepribadiannya memang ekspresif, meledak-ledak, penuh semangat. Terlebih jika itu sudah menyangkut nasib bangsanya.
    Ia menyadari, pelajaran sejarah seharusnya memaparkan fakta. Tapi “dendam-kesumatnya” terhadap imperialisme, tak bisa membuatnya jernih berpikir, kapan saatnya harus berbicara sebagai “guru” dan kapan saatnya bicara sebagai “pejuang revolusi”. Dan itulah yang dilakukannya ketika memberi pelajaran sejarah di hari itu. Bung Karno masih ingat, salah seorang murid di kelasnya itu adalah Anwar Tjokroaminoto, adik Oetari istri pertamanya.
    Di hadapan anak-anak dan penilik sekolah (orang Belanda), yang sedang menilai caranya mengajar, ia terseret emosinya pada saat memberi pelajaran sejarah itu. Dengan bakatnya sebagai orator, berapi-api dikritiknya imperialisme. Menggelegar, sampai terlompat-lompat dikutuknya kolonialisme dengan segala sistemnya. Akibatnya bisa diduga. Kontan, penilik sekolah orang Belanda itu mengajukan pemecatan Bung Karno sebagai guru. Kata penilik sekolah itu, “Raden Sukarno, tuan bukan guru, tuan seorang pembicara”.
    Namun ada yang lebih menarik dari sekedar ilustrasi kejadian di atas. Saya tertarik menggarisbawahi pendapat Bung Karno tentang pelajaran sejarah di sekolah. Mungkin pendapat Bung Karno di bawah ini adalah jawaban atas pertanyaan, mengapa sekarang ini pelajaran sejarah umumnya kurang menarik perhatian para siswa. Menurut Bung Karno, dalam pelajaran sejarah seharusnya tidak sekedar sibuk dengan urusan nama, tahun, dan kejadian.
    Dalam pelajaran sejarah, menurut Bung Karno yang penting adalah mengerti latar belakang sebuah kejadian sejarah. Bukan sekedar menghafal nama, tahun, dan kejadian. Kata Bung Karno selanjutnya:
    “Aku memberikan alasan mengapa ini dan itu terjadi. Aku memperlihatkan peristiwa-peristiwa sejarah secara sandiwara. Aku tidak memberikan pengetahuan secara dingin dan kronologis. Ooo tidak, Sukarno tidak memberikan hal semacam itu. Itu tidak bisa diharapkan dari seorang orator yang berbakat dari lahirnya. Aku mengayunkan tanganku dan mencobakannya. Kalau aku bercerita tentang Sun Yat Sen, aku betul-betul berteriak dan memukul meja.” (Buku “Soekarno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”).
    Bisa saya bayangkan, bagaimana mengasyikkannya pelajaran sejarah, jika yang berdiri di depan kelas itu adalah “Meneer Sukarno”. Sebagai guru, pelajaran sejarah itu diberikannya seperti seorang aktor yang memainkan lakonnya. Ini kira-kira sama dengan seorang dalang yang bisa membawa pendengarnya ke suasana kisah, sehingga pendengar tetap terpaku untuk terus menyimak.
    Saya kurang tahu bagaimana metode pengajaran sejarah sekarang ini di sekolah-sekolah di Indonesia. Saya tumbuh di Indonesia dalam generasi yang fasilitasnya belum se-modern generasi sekarang. Namun begitu, teman-teman sebaya sekelas saya di bangku sekolah dasar tidak perlu juara kelas pun, bisa dipastikan akan lancar menjawab pertanyaan, “Bangsa mana saja yang pernah menjajah Indonesia?”. Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, Jepang. Bukankah ini pengetahuan dasar yang sudah otomatis diketahui anak-anak Indonesia, setidaknya generasi saya?
    Budaya dan agama asing mana yang mempengaruhi Indonesia? Budha, Hindu dari pengaruh Cina dan India. Islam dari Arab. Katolik/Protestan dari pengaruh Portugis, Spanyol, Belanda. Akulturasi antara animisme penduduk asli dengan berbagai budaya dan agama pendatang, membuat Indonesia masa kini sudah sulit diklaim budayanya 100% asli. (Belum terhitung ekspansi perekonomian dan budaya dari negara-negara lain yang tak tersebut di atas, serta efek globalisme yang semakin mengubah wajah Indonesia).
    Hal di atas saya sebut pengetahuan dasar, terlebih karena pengetahuan itu memang sudah menjadi pertanyaan klasik yang kerap menjadi bagian dari ulangan umum di sekolah.
    Walau anak-anak itu hafal banyak kejadian sejarah di luar kepala, tapi tanpa mengerti mengapa semua itu harus mereka ketahui, maka sejarah hanya menjadi pelajaran “mati”.
    Rendra pernah dikritik cendekiawan muda dalam debat tentang kejadian sejarah. “Ah, sudahlah Mas. Buat apa sejarah itu? Itu kan nostalgia dan romantisme saja”. Komentar itu malah membuat Rendra berbalik heran. Para intelektual muda yang kelak akan mengambil alih masa depan bangsa, lha kok malah mempunyai cara berpikir seperti itu? Bagaimana orang bisa memahami masa kini, bisa membuat perencanaan untuk masa depan, jika tidak belajar dan memahami masa lalu?
    Meneropong sejarah ibarat proses merekonstruksi puzzle kejadian. Sebuah kejadian tidak akan mungkin berdiri sendiri. Semua itu adalah rangkaian yang berkaitan satu sama lain. Dalam merekonstruksi ini, peminat sejarah dituntut agar mampu berpikir logis, obyektif, analitis, rasional, untuk bisa mem-verifikasi sebuah paparan fakta. Kemampuan dasar berpikir ilmiah ini, akan membuat sebuah bangsa bisa tahan banting di tengah persaingan.
    Bukan sekedar pemanis bibir jika Cicero, filsuf Romawi mengatakan “Historia est Magistra Vitae” atau sejarah adalah guru kehidupan. Seorang guru sejarah yang baik akan mampu merangsang keingintahuan untuk memasuki banyak penjelajahan. Tidak saja tentang sejarah itu sendiri. Tapi jika sejarah itu didalami, maka orang akan terbawa pada sebuah dunia yang lebih luas. Misalnya mengenal nilai kehidupan melalui para pelaku sejarahnya (dari “wong cilik” sampai orang besar), mengenal karakter manusia, menghargai perbedaan kultur dan agama. Juga membangkitkan nasionalisme, mengenal tata sosial, politik, ekonomi dan pemerintahan.
    Mempelajari sejarah juga bisa mengilhami usaha preventif sekaligus refleksi, agar sebuah kejadian traumatis tak terulang, atau malah sebagai usaha pelestarian keteladanan agar bisa dicontoh. Ini semua menstimulasi timbulnya sikap saling pengertian dan kearifan dalam hidup bermasyarakat.
    Sejalan dengan Bung Karno, Rendra pernah beropini sudah saatnya sistem belajar sejarah di sekolah itu diubah. Tidak hanya sekedar menghafalkan dan mendengarkan. Apa gunanya menghafalkan siapa itu La Galigo dan siapa itu Machiavelli, tanpa memahami mengapa nama mereka mesti dihafalkan? Bukankah jauh lebih menarik mendalami dan membandingkan pikiran antara keduanya? La Galigo penulis sastra dari Sulawesi Selatan, hidup sebelum abad ke-14. La Galigo yang pujangga Bugis, hidup kira-kira hampir satu jaman dengan Machiavelli, ahli politik dari Italia.
    Dibanding ahli politik Eropa tadi, justru konsep tentang DEMOKRASI telah lebih dahulu dikenal melalui konsep La Galigo, yang hidup di masa kejayaan kerajaan tertua di Sulawesi Selatan, yaitu kerajaan Luwuk. Manuskrip asli La Galigo sampai saat ini tersimpan di Leiden, Belanda. Tulisan La Galigo ini setebal 6000 halaman, ditulis dalam huruf lontara, aksara yang biasa digunakan suku Bugis, Makassar, Luwu di Sulawesi Selatan. Epik La Galigo disebut-sebut sebagai epik terpanjang di dunia.
    La Galigo mencatat bahwa yang tertinggi dalam kekuasaan yaitu adat (hukum), sedangkan penguasa itu hanya pelaksana hukum. Hukum/adat ini menyebabkan seorang anak raja tidak otomatis menjadi raja. Dan memang sistem demokrasi itulah yang diterapkan kerajaan Luwuk di Sulawesi Selatan sejak sebelum abad ke-14. Bandingkan dengan ajaran Machiavelli (di antaranya diterapkan Napoleon), bahwa kekuasaan itu mesti dipertahankan dengan menggunakan dana dan senjata, yang mirip dengan prinsip kediktatoran.
    Oh ya, kembali lagi ke topik tentang sekolah Ksatriaan di Bandung tadi. Yaitu sekolah pimpinan Douwes Dekker, tempat Sukarno gagal dan dipecat oleh Belanda menjadi guru. Setelah menjadi presiden RI, Sukarno tidak melupakan jasa Douwes Dekker sebagai salah satu tokoh peletak dasar kebangsaan. Douwes Dekker sempat menjadi menteri dalam kabinet Syahrir, anggota DPA, dan sejarawan di bawah kementerian penerangan. Juga salah seorang anggota delegasi dalam bernegosiasi dengan Belanda. Douwes Dekker juga sempat tinggal serumah dengan Bung Karno.
    Sampai akhir hayatnya, Douwes Dekker dipandang oleh Belanda sebagai “pengkhianat”. Karena ia berjuang untuk Indonesia, dan sempat diciduk dan ditahan Belanda tahun 1948. Ia dibebaskan ketika kesehatannya semakin memburuk di penjara dan meninggal tahun 1950. Ia dimakamkan di TMP Cikutra Bandung. Di bawah ini telegram “ucapan selamat ultah” dari Bung Karno pada Douwes Dekker, yang menunjukkan perhatian Bung Karno pada eks “bos”-nya di sekolah Ksatriaan di Bandung, tempat Sukarno pernah mengajar.
    Sebagai pimpinan yayasan, dulu Douwes Dekker tidak bisa berbuat apa-apa ketika Bung Karno yang diterimanya sebagai guru di sekolahnya, dipecat oleh pemerintah Belanda. Namun Sukarno tidak lupa ucapannya, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”. Ungkapan Bung Karno yang lain sampai kini tetap dikenang generasi sekarang, yaitu “jas merah” (jangan sekali-sekali melupakan sejarah).
    Dan Sukarno memang tidak lupa sejarah, tentang bagaimana jahatnya imperialisme yang telah ratusan tahun menghisap darah rakyat Indonesia. Mengutip kata Willem Oltmans, seorang jurnalis Belanda sahabat Bung Karno.
    “Sukarno mati-matian gigih menolak usaha masuknya investor melalui dollar dan yen mereka. Karena ini sama saja mengembalikan imperialisme masa lalu dalam bajunya yang lain. Sedangkan Suharto berbuat sebaliknya. Yaitu Suharto memenuhi keinginan Washington, CIA dan Tokyo.”
    Ya, kebanggaan rakyat Indonesia pada gelar Soeharto, masih segar di ingatan, yaitu “Bapak Pembangunan”, tampaknya harus dibayar dengan sangat mahal. Ironisnya, ternyata itu masih diperparah oleh manipulasi, sehingga investasi dan utang luar negeri itu jatuh ke kantong yang tidak semestinya. Yang jelas, tentu bukan kantong rakyat kecil.
    Alih-alih menikmati uang pinjaman itu. Pembayaran utang tadi justru dibebankan ke pundak rakyat, yang sebagian besar masih kembang kempis mengatasi kemiskinan. Utang itu hingga kini menjadi belitan tiada akhir, dan yang kena dampaknya adalah rakyat kecil. Yang kaya semakin kaya. Yang miskin, semakin miskin.
    Pelajaran sejarah masa lalu tampaknya masih diabaikan. Imperialisme ternyata kembali lagi dengan gaya baru, yang menaklukkan dengan utang mencekik. Sang pemberi utang secara terang-terangan di depan mata, menjarah harta Indonesia yang ada di bawah tanah. Dengan “jasa” mereka melalui investasi dan utang yang ditanamkan di bumi Indonesia, adakah yang masih bisa berkutik? Apa boleh buat.

    Cerita Motivasi Kehidupan – Kekuatan Cinta

  • Rabu, 18 April 2012
  • ygw-gila
  • Cerita Motivasi Kehidupan – Kekuatan Cinta

    Cerita Motivasi Kehidupan - Kekuatan Cinta
    Cerita Motivasi Kehidupan - Kekuatan Cinta
    Dikisahkan, seorang wanita baru menikah dengan pria yang dicintai dan tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Tidak lama setelah mereka tinggal serumah, sangat terasa banyak ketidakcocokan diantara menantu dan sang mertua. Hampir setiap hari terdengar kritikan dan omelan dari ibu mertua. Percekcokkan pun seringkali terjadi. Apalagi sang suami tidak mampu berbuat banyak atas sikap ibunya.
    Saat sang menantu merasa tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, diapun akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu demi melampiaskan sakit hati dan kebenciannya.
    Pergilah si menantu menemui teman baik ayahnya, seorang penjual obat ramuan tradisional. Wanita itu menceritakan kisah sedih dan sakit hatinya dan memohon agar dapat diberikan bubuk beracun untuk membunuh ibu mertuanya.
    Setelah berpikir sejenak dengan senyumnya yang bijak, si paman menyatakan kesanggupannya untuk membantu tetapi dengan syarat yang harus dipatuhi si menantu. Sambil memberi sekantong bubuk ramuan yang dibuatnya, sang paman berpesan : ”Nak, untuk menyingkirkan mertuamu, jangan memberi racun yang bereaksi cepat, agar orang-orang tidak akan curiga. Karena itu, saya memberimu ramuan yang secara perlahan akan meracuni ibu mertuamu. Setiap hari campurkan sedikit ramuan ini ke dalam masakan kesukaan ibu mertuamu dari hasil masakkanmu sendiri, Kamu harus bersikap baik, menghormati,dan tidak berdebat dengannya, perlakukan dia layaknya ibumu sendiri, agar orang lain tidak akan curiga saat ibu mertuamu meninggal nanti.
    Dengan perasaan lega dan senang, diturutinya semua petunjuk sang paman penjual obat, dilayani sang ibu mertua dengan sangat baik dan penuh perhatian, setiap hari disuguhkan makanan kesukaan si ibu, dan tidak terasa empat bulan telah berlalu. Terjadi perubahan yang sangat besar. Dari hari ke hari, melihat sang menantu yang bersikap penuh perhatian kepadanya, ibu mertuapun tersentuh dan berbalik mulai menyayangi si menantu bahkan memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Dia juga memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa menantunya adalah seorang penuh kasih dan menyayanginya.
    Menyadari perubahan positif ini, sang menantu cepat-cepat datang lagi menemui sang paman penjual obat : ”Tolong berikan kepada saya obat pencegah racun pembunuh ibu mertua saya. Setelah saya patuhi nasehat paman, ibu mertua saya berubah sangat baik dan menyayangi saya seperti anaknya sendiri. Tolong paman, saya tidak ingin dia mati karena racun yang telah saya berikan”.
    Sang paman tersenyum puas dan berkata “Anakku, kamu tidak perlu kuatir. Ramuan yang saya berikan dulu bukanlah racun, tetapi ramuan untuk meningkatkan kesehatan. Racun yang sebenarnya adalah di dalam pikiran dan sikapmu terhadap ibu mertua, dan sekarang semua racun itu telah punah oleh kasih dan perhatian yang kamu berikan padanya.”
    Cerita ini telah mengajarkan kepada kita betapa luar biasanya ai tek lik liang ! kekuatan kasih,dan kuan sing tek lik liang kekuatan perhatian. Kasih dan perhatian mendatangkan kepedulian, ketulusan, dan kerelaan untuk berkorban. Kasih dan perhatian mampu melepaskan kita dari belenggu kesalahpahaman, meluluhkan ketidakpedulian, hati yang keras dan pikiran yang penuh kebencian. Kasih dan perhatian itu mendatangkan kedamaian, dan merekatkan perbedaan menjadi kedekatan yang menyenangkan.
    Jika setiap hari kita mau memberikan kasih dan kepedulian kita, maka kehidupan kita pasti akan menjadi bermakna dan mendatangkan kebahagiaan.

    KeJarLah CiNTA

  • ygw-gila
  • KeJarLah CiNTA


    Cinta itu dapat memilih dan di pilih, cinta dapat memiliki dan di miliki, tapi cinta dan sayang ga bisa menunggu… ! kejarlah cintamu setinggi mungkin. berusahalah untuk mendapatkan cintamu itu agar kamu bs senang dan bahagia bersama cintamu selamanya … !! berikanlah cintamu sesuatu yang g’ bisa sama sekali dia melupakan kamu ….! teruslah BERUSAHA

    Keagungan Tuhan

  • ygw-gila

  • Merah merona bola api di atas cakrawala
    Tanda terbitnya sang surya di ufuk pagi
    Suara burung bernyanyi riang bergerak kian kemari
    Menggugurkan sejuta embun dari kerindangan daun
    Semua itu bukti Agungnya ciptaan Tuhan

    Sebagai manusia hendaklah bersyukur
    Ketemu lagi akan hari
    Setelah sesaat mengunci rasa
    Melupakan semua problema
    Kini ditantang perjalanan hidup
    Membuktikankan semua impian dan harapan
    Kalau kita sadar, nyata ataupun tidak
    Itulah garis takdir Tuhan
    Semuanya ini perjalanan waktu
    Manusia hanya bercita
    Namun begitu, yakinkan diri ini
    Hidup ini jangan disia-siakan

    Aku Tak Ragu

  • ygw-gila

  • Tuhan,
    Aku yakin dengan segala kasih-Mu
    Dan aku percaya akan semua sayang-Mu
    Namun mengapa aku ini ???
    Selalu tak tahu diri
    Apakah ada sesuatu yang mengunci hatiku ?!
    Sehingga aku lupa akan semua cinta-Mu
    Tuhan,
    Kau pasti selalu mendekapku
    Namun aku tempikkan arti kehangatan-Mu
    Apakah aku insan tak tahu balas budi ?!
    Kurang bersyukur
    Selalu mencari dan berharap yang lebih
    Bahkan tanpa terasa dan tak tersadari
    Mungkin aku memohon selain kepada-Mu
    Tuhan,
    Andaikan aku selalu bersujud pada-Mu
    Dan bersimpuh di dalam rumah-Mu
    Tentu Engkau mau menerima tobatku
    Namun aku kadang merasa lain
    Karena banyak dosa yang kulakukan

    Tuhan,
    Aku tahu tangisku tak berarti bagi-Mu !!
    Kini biarlah aku merenungi semuanya
    Dan akan kucari pintu insyafku
    Tapi, aku yakin dan tak meragukan
    Akan semua ampunan-Mu, Tuhan.

    Di Sisi Malam

  • ygw-gila

  • Ketika kabut tersibak
    Rembulan memancarkan sinarnya
    Malam yang muram telah berlalu
    Makna kegelapan menjadi tertampikan
    Nur kebenaran adalah kebenderangan

    Saat kepala makin merunduk
    Kucium tanah bukti kehinaanku
    Sebagai tanda Agungnya sang Khalik

    Isak tangisan begitu lirih
    Seirama kidung detak jantung
    Air mata berderai tak tertahan
    Mencapai kekhusukan semakin dalam

    Saat dingin semakin menusuk
    Disinilah aku semakin mengenal Tuhan

    Gelisah

  • ygw-gila

  • Gelap malam penuh kesunyian
    Lamunan jauh menerawang angkasa
    Membukakan pintu-pintu mimpi
    Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

    Bias keremangan memudarkan kasih
    Memutar hati menguak arti ilusi
    Memedarkan beribu warni cahaya
    Membayang menjauh dari arah cita

    Katak merengek ikut meresah
    Menggugah hati kala gelisah
    Air hujan menetes berduka
    Membasah bumi ikut bersedih

    Gema kegundahan kian bertalu
    Gemercik air melantun irama nan merdu
    Berhembus angin membelai lembut
    Gemerisik suara daun menghibur
    Membangkit menggugah kalbu

    Meliuk menari rumput nan ayu
    Melambai perlahan seolah mengajak
    Melepas duka menjemput cinta
    Merayu bernyanyi kerinduan
    Menyongsong esok akan kebahagiaan

    Salam perpisahan

  • ygw-gila

  • Kini, hatiku tergores kesedihan
    Ketika terucap salam perpisahan
    Walau air mataku tak berlinang
    Bukan berarti suatu kerelaan
    Saat-saat langkah terayun
    Jarak kita-pun semakin membentang
    Akankah semuanya jadi terkenang
    Atau hanyut terbawa gelombang
    Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

    Sobat, dalam hatiku ini
    Akan tetap membekas suatu kenangan
    Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
    Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
    Namun untukku, janganlah kau biarkan
    Aku terkulai lemas dalam kehampaan
    Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan

    Kepahitan

  • ygw-gila

  • Pisau menoreh hatiku
    Melukakan perasaan
    Menyayat
    Menjadikan hidup berubah arti
    Saat takdir itu merenggut
    Kepahitan adalah realita
    Kebahagiaan jadi impian
    Akhirpun tak terelakkan

    Terbujur

  • ygw-gila

  • Aku terbujur
    Di sebuah sudut yang pengap
    Hanya coro yang menemaniku
    Dia katakan sesuatu padaku
    Orang memandang kita hina
    Tetapi …
    Bisakah kita katakan
    Bahwa mereka bijaksana
    Biarkan mereka menilai kita
    karena kita adalah kita

    Penilaian Cinta

  • ygw-gila

  • Dusun yang sepi
    Ada seorang perempuan tua
    Dengan suami renta yang buta
    Seolah mereka tak berdaya
    Mereka hanya berkebun
    Itulah kedamaian mereka
    Kenapa orang hanya menduga
    Padahal mereka punya cinta
    Yang tak seorangpun mampu menilainya

    Puisi Batu

  • ygw-gila

  • Goresan itu
    Mengukir batu jadi saksi
    Membisu
    Dengan satu kalimat
    Aku cinta kamu !!

    Arti Kembali

  • ygw-gila

  • Pohon besar di tanah gersang
    Saat hujan Menerjang
    Dia jatuh dengan terlentang
    Dimakan rayap terlapukkan
    Jadikan semua tak berdaya
    Semuanya menjadi satu
    Tidak terkenali lagi

    Perubahan

  • ygw-gila

  • Saat rembulan tertunduk sendu
    Gema petir menggelegar
    Awan kaget ikut bermuram
    Mencucur hujan rintik perlahan
    Merubah egois yang membatu
    Menjadikan hati penuh pengharapan

    BUNGAKU

  • ygw-gila

  • Bungaku…
    Kala pagi atau sore hari
    Kau taburkan aroma kasih
    Membelai kalbu selembut awan putih
    Membawaku ke alam khayalan indah
    Penuh kedamaian dan kebahagiaan

    Bungaku…
    Kau laksana dewi kayangan
    Selalu dipuji setiap orang
    Sunggingan senyummu tak menjemukan
    Menggoda mengetarkan hati

    Bungaku…
    Setiap saat aku nantikan
    Lambaian tanganamu mengajakku
    Melepas semua kepedihan hidup
    Menyandarkan semua kesusahan
    Menuju ketenangan bathin
    Dalam menikmati hidup ini

    ibu

  • ygw-gila

  • Ibu…
    Kini aku tahu
    Kesabaranmu
    Ketabahanmu
    Kecintaanmu

    Ibu…
    Kini aku rindu
    Masakkanmu
    Senyumanmu
    Belaianmu

    Ibu…
    Aku tak akan lupa
    Kebaikkanmu
    Jasamu
    Nasehatmu
    Ibu…
    Ternyata kau adalah segalanya bagiku
    Kuharap kasihmu abadi selama-alamanya untukku

    SIANG YANG BERLALU

  • ygw-gila

  • Saat mentari mulai tenggelam
    Sayap malam menutup perlahan
    Gelap sudah menjelang
    Panasnya siang jadi terlupakan
    Semua berlalu
    Biarkanlah siang ini berlalu

    Senyumanmu

  • ygw-gila

  • Aku terbayang akan manisnya senyumanmu
    Seakan hanya aku yang menikmatinya
    Namun aku hanya bisa merindu
    Akankah cintaku terdampar disuatu pulau ?
    Terbawa hanyut bersama gelombang kasmaran
    Dan berlabuh di pantai asmara

    Tetapi aku sangat yakin
    Disana kita khan bercinta
    Memadu kasih
    Bercerita tentang hari esok
    Khan kubiarkan semilir angin membelai tubuhku
    Hingga aku tertidur dalam sandaran pelukmu
    Namun mengapa suara ombak membangunkanku
    Saat mimpiku menerawang angkasa
    Menjelajahi ruang-ruang khayalan

    Tuhan, mengapa aku ini ?
    Terlalu menikmati senyuman itu
    Apakah aku telah menduakan cintaku dari-Mu
    Sampai hatiku bergetar menahan rasa
    Namun kini khan kubiarkan semua berlalu
    Terhempas terbawa arus
    Ke suatu negeri nun jauh disana

    Fatamorgana

  • ygw-gila

  • Gelap malam penuh kesunyian
    Membukakan pintu-pintu ilusi
    Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa
    Saat perjalanan adalah perasaan
    Hati gelisah menjadi tumpuan
    Perlahan-lahan rasio menjauh
    Akalpun pergi tanpa berpesan
    Saat kusadari semuanya
    Aku terbujur di negeri khayalan
    Berharap akan fatamorgana

    Puisi Jarum Dan Jerami

  • ygw-gila

  • Seandainya kau tak membisu
    Tentu dengan mudah aku meraihmu
    Walau begitu,
    Biarlah kuuji kesabaranku
    Khan kuambil jerami ini satu-satu
    Sampai aku dapat menemukanmu
    Lalu kau rajut kembali kainku

    perjalanan

  • ygw-gila

  • Saat hujan semakin deras
    kusuri jalan selangkah demi selangkah
    Kuraba bajuku yang sudah kuyup
    serasa dingin udara menusuk
    sebentar kutoleh kebelakang
    Terlihat jelas roda sejarah membentang
    Angin kencang
    Percikan hujan
    Halilintar
    Semuanya adalah terpaan kehidupan
    Aku berharap reda khan tiba
    Terang khan menjelma
    Menjadikan hidup penuh makna

    kangen

  • ygw-gila

  • Dalam remang cahaya lilin
    Sekilas nampak kilauan kasih
    Memedarkan arti kekelabuan hati
    Sesaat seolah redup
    Membisakan harapan cinta dan kerinduan

    Dalam dada menyesak arti ketidakpastian
    Sesekali ingin semua cita teraih
    Namun, tak dapat menembus batas ruang
    Yang semakin menjauh

    Dikala sekelebat kilat menyala
    Cahayanya menyilaukan mata
    Bukan terang yang kuraih
    Namun kegelapan setelahnya

    Hamparan bunga cinta menjadi merana
    Kedinginan, ingin ada yang memetiknya
    Dipandang ditaruh dalam vas bunga
    Walau nantinya layu
    Namun hidupnya menjadi berarti
    Menikmati semua tujuan yang dicapai

    cinta

  • ygw-gila

  • Ketika aku datang
    Di dunia pewayangan cinta
    Cuma satu yang aku bawa
    Perasaan kasih di dalam dada
    Yang bisa merubah satu wacana
    Menjadi cerita panjang
    Yang berbelit susah mengambarkannya

    Tak ada alasan lain tentang cinta
    Karena hanya satu yaitu kasih
    Kecuali hanya mengada-ada
    Kalau ada aku tak percaya
    Alasan itu dipaksakan
    Dan akan aku katakan
    Sungguh malang nasib mereka
    Karena tak beda dengan si penjaja

    Cinta adalah rindu
    Yang datang dari dalam kalbu
    Bisa membawa tentram
    Dalam merih kedamaian hidup

    Kepastain

  • ygw-gila

  • Ketika kupaksa mata ini terpejam
    Justru hati terus cerita
    Bicara tentang kesepian malam
    Tentang matahari yang telah tenggelam
    Kesepian adalah pengharapan kasih
    Sedang tenggelam adalah masa lalu

    Saat akhir tidak berarti kebahagiaan
    Perasaan menjadi terlukakan
    Khan kucari mutiara ketulusan
    Kristal mujarab penawar kepedihan
    Sungguh, hanya sang dewi yang memiliki
    Sebelum fajar di ufuk timur menjelang
    Kupastikan sang dewi adalah penentuan
    Kesembuhan atas sayatan luka-luka ini

    Kesendirian

  • ygw-gila

  • Di kesepian malam aku sendiri
    Fikiran menerawang menjelajah angkasa
    Ingin rasanya kubuka semua tabir gelap
    Sehingga bisa kunikmati indahnya rembulan
    Beserta gemerlapnya selaksa bintang

    Semilir angin berhembus perlahan-lahan
    Seolah tak ingin mengusikku dari lamunan
    Pucuk-pucuk daun menari penuh kemesraan
    Seakan tiada bosan untuk selalu menghibur
    Semua gundah dan keresahan hatiku

    Ketika malam semakin larut
    Aku sadari akan kesenmdirianku
    Semuanya memang penuh ketidakpastian
    Kecuali…. Bisa kunikmati sisa hidup ini
    Dengan cinta dan kasih sayang
    Dimana semuanya serba tulus
    Dimana semuanya serba ikhlas
    Dimana semuanya penuh kerelaan
    Tanpa pamrih dan pengharapan

    Puisi angin

  • ygw-gila

  • Di kesepian malam aku sendiri
    Termenung dibawah cahaya rembulan
    Pucuk-pucuk daun meliuk indah
    Mengikuti irama angin perlahan

    Angin…., Aku hargai kau menghiburku
    Memang tidak ingin aku berlama-lama
    Larut dengan gelapnya malam
    Terombang-ambing oleh kelamnya awan
    Angin…., Tolong katakan pada bintangku
    Aku rindu dan berharap dia hadir disini
    Dengan segala ketulusan cintanya
    Ingin aku mengajaknya bernyanyi
    Menari, berdansa berdua
    Angin…, katakanlah padanya
    Aku perlu belaian sejuta kasihnya
    Ingin aku menikmati indahnya malam ini
    Dengan kehangatan peluk mesranya
    Angin…, untuk yang terakhir
    Katakanlah padanya
    Aku benci dengan kesendirian ini

    Bingkai kehidupan

  • ygw-gila

  • Masa demi masa berlalu sudah
    Kemana kaki jalan melangkah
    Liku-liku kehidupan mengukir sejarah
    Kini saatnya berpotret diri
    Berbenah dari segala keburukan
    Meningkatkan semua kebaikan
    Ramadhan sebentar khan tiba
    Kini saatnya tuk membuka pintu hati
    Memaafkan semua kehilafan
    Mari kita sambut dengan gembira
    Dengan memperbanyak ibadah
    Tuk menggapai tingkatan taqwa
    Derajat tertinggi disisi khalik
    Semoga Allah selalu membimbing kita
    Dan nanti memasukkan kita dalam surga-Nya
    Amiin

    Kujelang….

  • ygw-gila

  • Pagi yang indah kujelang kembali
    Menghempaskan mimpi meraih bergantinya hari
    Di ufuk timur tersirat cahaya kedamaian
    Membangkitkan semangat menghangatkan perasaan
    Hembusan angin menemaniku berjalan
    Mengiringi langkah berpadu dalam kepastian
    Gemersik dedaunan bak irama kehidupan
    Selalu setia menyanyikan lagu kemenangan
    Dalam menggapai makna cita dan cinta
    Dalam mewujudkan makna hidup yang sesungguhnya
    Biarkan pergantian hari terus berjalan
    Karena setiap saat akan selalu kujelang
    (c) Copyright 2010 warung kopi. Blogger template by Bloggermint